-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

**** UPDATE INFORMASI TERBARU - BERITA-TEKINI- TRENDING-INFO KESEHATAN- INFO LOWONGAN KERJA- HOBI - INFO PENDIDIKAN****

3 Gubenur + PLT Gubenur- JOKOWI-AHOK-ANIES , Mengapa 2025 Banjir Jatiasih Terparah dalam Sejarah

Tuesday, March 4, 2025 | 12:44 AM WIB | 000 Views Last Updated 2025-03-04T10:01:10Z

Banjir Jatiasih Terparah dalam Sejarah: Ribuan Warga Panik Mengungsi

Banjir besar kembali melanda kawasan Jatiasih, Bekasi, dengan ketinggian air mencapai lebih dari 3 meter. Peristiwa ini disebut sebagai banjir terparah yang pernah terjadi di wilayah tersebut, memaksa lebih dari 10 ribu keluarga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kepanikan melanda warga, terutama mereka yang terjebak di dalam rumah saat air tiba-tiba naik dengan cepat.

Banjir ini melumpuhkan aktivitas masyarakat, membuat jalanan berubah menjadi sungai, dan memutus akses ke berbagai daerah. Hingga kini, tim SAR masih terus melakukan evakuasi terhadap warga yang masih terjebak di dalam rumah. Beberapa warga yang berhasil dievakuasi mengaku harus bertahan di atap rumah selama berjam-jam sebelum akhirnya diselamatkan.



source : (Foto: Antarafoto) detiknews, "Penyebab Banjir Parah yang Bikin Bekasi Lumpuh" 

Air Bah Melanda! Warga Terjebak, Evakuasi Dilakukan dengan Perahu Karet

Ketinggian air yang luar biasa membuat proses evakuasi berlangsung dramatis. Tim penyelamat menggunakan perahu karet untuk menyelamatkan warga yang masih terjebak di rumah mereka. Beberapa di antaranya bahkan harus menerobos arus deras untuk mencapai lokasi-lokasi terdampak.

"Kami harus memanjat genteng karena air naik sangat cepat. Tidak ada waktu untuk menyelamatkan barang-barang, hanya bisa selamatkan diri dan keluarga," ujar Ahmad, salah satu warga yang dievakuasi dari rumahnya.

Tim evakuasi yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan bekerja tanpa henti untuk memastikan semua warga bisa keluar dengan selamat. Namun, masih ada kekhawatiran karena beberapa wilayah yang terdampak cukup sulit dijangkau akibat arus air yang terlalu deras.

-------------------------

Penyebab Banjir Parah: Curah Hujan Ekstrem dan Drainase Buruk

Banjir yang melanda Jatiasih kali ini disebabkan oleh kombinasi curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang buruk. Hujan deras yang turun selama lebih dari 12 jam tanpa henti menyebabkan debit air meningkat drastis, sementara saluran air yang tersumbat membuat air tidak bisa mengalir dengan lancar.

"Curah hujan yang turun kali ini sangat tinggi, sehingga air tidak bisa tertampung dengan baik di sungai maupun drainase yang ada. Ditambah lagi, banyak sampah yang menyumbat aliran air," kata Kepala BPBD Bekasi.

Selain faktor cuaca, penggundulan hutan dan pembangunan tanpa perencanaan yang matang juga menjadi penyebab banjir semakin parah. Banyak lahan resapan air yang kini berubah menjadi pemukiman, sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan baik.

-------------------------

Bekasi Lumpuh Total! Infrastruktur Rusak, Listrik Padam, dan Jalanan Terendam

Banjir besar ini juga mengakibatkan lumpuhnya berbagai fasilitas umum di Bekasi. Beberapa titik penting di kota ini mengalami pemadaman listrik akibat gardu yang terendam air. Selain itu, jalan-jalan utama juga tidak bisa dilalui karena terendam banjir setinggi lebih dari 1 meter.

"Listrik padam sejak malam, kami hanya bisa menggunakan senter dan lilin. Anak-anak ketakutan karena gelap dan dingin," kata Lina, seorang warga yang mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Sementara itu, akses transportasi menuju beberapa wilayah seperti Jatisampurna, Pondok Gede, dan sekitarnya terganggu akibat genangan air yang terlalu tinggi. Banyak kendaraan yang mogok karena nekat menerobos banjir, menyebabkan kemacetan panjang di beberapa titik.

-------------------------

Krisis Bantuan: Warga Keluhkan Minimnya Logistik dan Tempat Pengungsian

Meskipun ribuan warga telah dievakuasi, namun kondisi pengungsian masih jauh dari kata ideal. Banyak pengungsi mengeluhkan minimnya bantuan logistik, terutama makanan, air bersih, dan perlengkapan tidur. Beberapa posko pengungsian bahkan sudah penuh sesak, membuat sebagian warga terpaksa mengungsi di tempat seadanya.

"Kami butuh makanan dan air bersih. Anak-anak mulai rewel karena kelelahan dan lapar," kata seorang ibu yang mengungsi di salah satu posko darurat.

Pemerintah daerah bersama berbagai organisasi kemanusiaan telah mulai mengirimkan bantuan, namun distribusi masih terkendala akses yang terputus akibat banjir. Sementara itu, warga berharap agar pemerintah dapat bergerak lebih cepat untuk mengirimkan bantuan ke daerah terdampak.

-------------------------

Pemerintah Didesak Bertindak! Perlu Solusi Jangka Panjang untuk Cegah Banjir Berulang

Musibah banjir ini kembali membuka mata banyak pihak bahwa Bekasi masih belum memiliki sistem penanggulangan banjir yang efektif. Warga dan para aktivis lingkungan mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah konkret agar bencana ini tidak terus berulang setiap tahunnya.

"Setiap kali musim hujan, kami selalu dihantui rasa takut akan banjir. Sampai kapan pemerintah hanya memberikan bantuan tanpa mencari solusi permanen?" keluh seorang warga.

Beberapa solusi yang diusulkan meliputi peningkatan kapasitas drainase, normalisasi sungai, serta reboisasi di daerah resapan air. Selain itu, penertiban pembangunan ilegal yang mempersempit jalur air juga menjadi agenda mendesak yang harus segera dilakukan.

-------------------------

Banjir Jatiasih Jadi Alarm Bahaya bagi Semua Pihak

Banjir yang melanda Jatiasih kali ini bukan hanya menjadi bencana bagi ribuan warga, tetapi juga menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dan tata kota yang buruk bisa memperburuk kondisi lingkungan. Tanpa tindakan nyata dari pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, bukan tidak mungkin bencana ini akan terus terjadi di masa mendatang.

Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana semua pihak bisa bekerja sama untuk menanggulangi dampak dari banjir ini. Warga membutuhkan bantuan secepatnya, dan pemerintah harus segera turun tangan dengan solusi konkret agar musibah serupa tidak kembali terulang.

Apakah Bekasi akan terus tenggelam setiap musim hujan? Ataukah ini saatnya bagi pemerintah dan masyarakat untuk bergerak bersama mencari solusi nyata? Waktu yang akan menjawabnya.

----------------------------------------------------

Banjir yang melanda Jatiasih, Bekasi, baru-baru ini mencapai ketinggian lebih dari 3 meter, memaksa lebih dari 10.000 keluarga mengungsi. Peristiwa ini dianggap sebagai banjir terparah dalam sejarah wilayah tersebut. Untuk memahami penyebab utama dan sejarah banjir di Jatiasih, berikut adalah beberapa fakta dan sumber yang relevan:

Penyebab Utama Banjir Terparah di Jatiasih

1.     Curah Hujan Ekstrem: Hujan deras yang berlangsung terus-menerus meningkatkan volume air di sungai-sungai sekitar Jatiasih, seperti Sungai Cikeas dan Sungai Bekasi, yang menyebabkan meluapnya air ke pemukiman warga.

2.     Kondisi Geografis dan Infrastruktur: Beberapa perumahan di Jatiasih, seperti Pondok Gede Permai (PGP), terletak di pertemuan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang membentuk Sungai Bekasi. Lokasi ini rentan terhadap banjir, terutama jika terjadi peningkatan debit air secara signifikan.

3.     Tanggul yang Tidak Memadai: Pada tahun 2016, banjir di PGP disebabkan oleh meluapnya air di lokasi yang belum ditanggul, serta jebolnya tembok yang dibangun warga dekat aliran Sungai Cikeas. Pembangunan tanggul yang belum selesai meningkatkan kerentanan wilayah tersebut terhadap banjir. 

4.     Drainase yang Buruk dan Sampah: Sistem drainase yang tidak optimal dan penumpukan sampah di saluran air menghambat aliran air, menyebabkan air meluap ke area pemukiman.

5.     Penggundulan Hutan dan Alih Fungsi Lahan: Pengurangan area resapan air akibat deforestasi dan konversi lahan menjadi pemukiman atau area komersial mengurangi kemampuan tanah menyerap air hujan, meningkatkan risiko banjir.

-------------------------

Sejarah Banjir di Jatiasih

Jatiasih memiliki sejarah banjir yang signifikan, terutama di perumahan-perumahan yang berada di dekat aliran sungai. Berikut adalah beberapa peristiwa banjir yang pernah terjadi:

·         Banjir Tahun 2002 dan 2007: Kawasan Jatiasih mengalami banjir besar dengan ketinggian air bervariasi antara 50 cm hingga 3 meter. Perumahan seperti PGP mengalami genangan hingga 3 meter, dengan lama genangan antara 12 hingga 60 jam.

·         Banjir Tahun 2013: Pada Januari dan Februari 2013, banjir melanda perumahan di pinggiran Kali Bekasi. Di PGP, tanggul jebol sepanjang 50 meter, menyebabkan genangan setinggi 3-4 meter yang berlangsung selama 48 jam.

·         Banjir Tahun 2016: Pada April 2016, banjir kembali menggenangi PGP dengan ketinggian air hampir 4 meter. Penyebabnya adalah meluapnya Sungai Cikeas dan jebolnya tembok yang dibangun warga dekat aliran sungai.

-------------------------

Perumahan Rawan Banjir di Jatiasih

Terdapat 12 perumahan di Kecamatan Jatiasih yang rawan banjir, terutama yang berada di pinggiran sempadan Kali Bekasi. Berikut adalah daftar perumahan tersebut:

1.     Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa

2.     Perumahan Villa Jati Rasa, Kelurahan Jatirasa

3.     Perumahan Jati Asih Indah, Kelurahan Jatirasa

4.     Perumahan Pondok Mitra Lestari, Kelurahan Jatirasa

5.     Perumahan Kemang IFI Graha, Kelurahan Jatirasa

6.     Perumahan AL (Bermis), Kelurahan Jatirasa

7.     Perumahan Mandosi, Kelurahan Jatiasih

8.     Perumahan Bumi Nasio Indah, Kelurahan Jatimekar

9.     Perumahan Buana Jaya, Kelurahan Jatimekar

10. Perumahan Graha Indah, Kelurahan Jatikramat dan Jatimekar

11. Perumahan PAM, Kelurahan Jatikramat

12. Perumahan Puri Nusa Phala, Kelurahan Jatiluhur dan Jatisari

Perumahan-perumahan tersebut sering mengalami banjir dengan ketinggian dan durasi yang bervariasi, tergantung pada intensitas hujan dan kondisi sungai.

-------------------------

Upaya Penanggulangan Banjir

Untuk mengurangi risiko banjir di Jatiasih, beberapa langkah telah diambil, antara lain:

·         Pembangunan Tanggul: Pemerintah Kota Bekasi membangun tanggul di sepanjang Sungai Cikeas untuk melindungi perumahan warga. Namun, pada tahun 2016, pembangunan tanggul baru selesai sepanjang 800 meter, dan masih diperlukan penyelesaian sepanjang 600-800 meter lagi.

·         Peningkatan Sistem Drainase: Perbaikan dan pemeliharaan sistem drainase dilakukan untuk memastikan aliran air tidak terhambat, terutama saat musim hujan.

·         Pengelolaan Sampah: Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya tidak membuang sampah sembarangan ke sungai atau saluran air untuk mencegah penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir.

·         Reboisasi dan Perlindungan Lahan Resapan: Upaya penanaman kembali

--------------------


Opini redaksi

1.     Apakah Faktor Alam yang Tak Terhindarkan ? ,  Beberapa warga berpendapat bahwa curah hujan ekstrem yang terjadi sulit diantisipasi sepenuhnya oleh infrastruktur yang ada. Mereka memahami bahwa bencana alam seperti ini kadang kala melampaui kapasitas sistem drainase dan penanggulangan banjir yang telah dibangun.

2.     Upaya Pemerintah yang Berkelanjutan ? : Ada juga yang mengapresiasi langkah-langkah pemerintah dalam menangani banjir. Misalnya, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, telah meninjau langsung lokasi banjir di Perumahan Bumi Nasio Indah Jatiasih dan menekankan perlunya tindakan segera untuk penanganan banjir di wilayah tersebut.

3.     Kurangnya Perbaikan Infrastruktur ? : Sebagian masyarakat merasa bahwa pemerintah belum melakukan perbaikan infrastruktur yang memadai untuk mencegah banjir. Mereka menyoroti bahwa sejak banjir besar pada tahun 2020, belum ada progres signifikan dalam penanganan masalah ini.

4.     Perencanaan Tata Kota yang Kurang Tepat ?: Kritik juga diarahkan pada perencanaan tata kota yang dianggap kurang memperhatikan aspek lingkungan, seperti pengurangan lahan resapan air akibat pembangunan yang masif. Hal ini diyakini turut memperparah kondisi banjir di wilayah Jatiasih.

-------------------------

Tanggapan Pemerintah 

Pemerintah Kota Bekasi telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah banjir, seperti meningkatkan infrastruktur drainase di beberapa titik rawan banjir. Misalnya, perbaikan dan peningkatan drainase dilakukan di Jalan Lurah Namat, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, dan Pertigaan Kodau di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, untuk mengurangi genangan air saat hujan deras.

Selain itu, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi telah mengusulkan dua solusi untuk mengatasi banjir di Jatiasih: mengubah kondisi geografis area yang rawan banjir dan membuat kolam retensi untuk menampung air hujan. Namun, implementasi solusi tersebut membutuhkan perencanaan dan anggaran yang tepat.

Secara keseluruhan, banjir di Jatiasih pada tahun 2025 memunculkan berbagai pandangan di masyarakat. Sebagian memahami bahwa faktor alam berperan signifikan, sementara yang lain menuntut tindakan lebih konkret dari pemerintah dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur untuk mencegah banjir di masa mendatang.

-------------------------------------------------

Penanganan banjir di Jakarta telah menjadi fokus utama bagi para gubernur yang menjabat, termasuk Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. Masing-masing memiliki pendekatan dan kebijakan tersendiri dalam mengatasi permasalahan banjir.

--------------------------------------

Masa Kepemimpinan Joko Widodo (2012-2014):

Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi memulai beberapa proyek strategis untuk mengurangi banjir. Salah satu langkah signifikan adalah revitalisasi Waduk Pluit. Kawasan yang sebelumnya dipenuhi permukiman kumuh ditata ulang menjadi waduk dan taman kota. Ribuan warga direlokasi ke rumah susun yang disediakan pemerintah, seperti Rusun Marunda dan Rusun Muara Baru. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kapasitas tampungan air tetapi juga menyediakan ruang terbuka hijau bagi masyarakat.

Masa Kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (2014-2017):

Ahok melanjutkan upaya penanggulangan banjir dengan beberapa proyek kunci:

1.     Normalisasi Sungai: Proyek ini melibatkan pelebaran dan pengerukan sungai-sungai utama, seperti Sungai Ciliwung dan Kali Krukut. Normalisasi Ciliwung mencapai 16 kilometer pada tahun 2016, yang melibatkan relokasi sekitar 5.000 kepala keluarga dari bantaran sungai ke rusunawa yang disediakan pemerintah.

2.     Revitalisasi Waduk Pluit: Ahok menambahkan fasilitas kesehatan dan gym di area Taman Waduk Pluit, melengkapi revitalisasi yang telah dimulai sebelumnya.

3.     Optimalisasi Banjir Kanal Timur (BKT): Ahok memastikan pompa air berfungsi optimal dengan bekerjasama dengan PLN untuk menjaga pasokan listrik. Selain itu, inspeksi rutin dan penataan area sekitar BKT dilakukan untuk menjaga kebersihan dan fungsi saluran air.

Masa Kepemimpinan Anies Baswedan (2017-2022):

Anies memperkenalkan konsep naturalisasi sebagai alternatif dari normalisasi:

1.     Naturalisasi Sungai: Alih-alih membeton sungai, naturalisasi mempertahankan bentuk alami sungai untuk meningkatkan resapan air dan menjaga ekosistem. Konsep ini melibatkan pembangunan jalur hijau dan penggunaan bronjong atau susunan batu sebagai penguat tepi sungai.

2.     Pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi: Proyek yang dimulai pada 2018 ini bertujuan mengurangi aliran air menuju Jakarta saat hujan deras. Anies meyakini bahwa bendungan ini dapat mengurangi 30% volume banjir di Jakarta. Pada Desember 2018, progres pembangunan Bendungan Ciawi mencapai 9% dan Sukamahi 12%, dengan target penyelesaian akhir 2019.

------------- Lanjutan kepemimpinan 

3.     Setelah masa jabatan Gubernur Anies Baswedan berakhir pada 16 Oktober 2022, Heru Budi Hartono ditunjuk sebagai Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta mulai 17 Oktober 2022. Salah satu prioritas utama Heru adalah penanganan banjir di Jakarta. Ia melanjutkan proses pengerukan yang sempat terhenti, fokus pada reklamasi di dekat pantai, memperluas penggunaan pompa di seluruh Jakarta untuk mengurangi tingkat keparahan banjir, dan melanjutkan normalisasi Sungai Ciliwung. 

4.     Pada 18 Oktober 2024, Teguh Setyabudi dilantik sebagai Pj Gubernur DKI Jakarta menggantikan Heru Budi Hartono. Teguh menetapkan penanganan banjir sebagai salah satu program prioritasnya. Ia meninjau rumah pompa, seperti Rumah Pompa Green Garden di Kedoya Utara, Jakarta Barat, untuk memastikan kesiapan operasional infrastruktur dalam menghadapi musim hujan yang diperkirakan membawa curah hujan tinggi dan potensi banjir di Jakarta. 

5.     Meskipun Jatiasih secara administratif berada di wilayah Kota Bekasi dan bukan di bawah yurisdiksi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, upaya penanganan banjir di Jakarta, seperti normalisasi Sungai Ciliwung dan pembangunan sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi wilayah sekitarnya, termasuk Jatiasih. Pembangunan sodetan yang dimulai sejak 2013 dan diresmikan pada 31 Juli 2023 ini bertujuan untuk mengurangi debit banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota. 

6.     Selain itu, Heru Budi Hartono juga menekankan pentingnya pengelolaan aliran sungai dan sistem drainase sebagai bagian dari strategi penanganan banjir. Langkah-langkah yang diambil meliputi pengurasan, pengerukan waduk, serta perawatan dan peningkatan fasilitas rumah pompa untuk memastikan fungsionalitas optimal. 

7.     Dengan demikian, meskipun Jatiasih berada di luar wilayah administratif DKI Jakarta, upaya yang dilakukan oleh Pj Gubernur DKI Jakarta setelah masa jabatan Anies Baswedan, terutama terkait normalisasi sungai dan pembangunan infrastruktur pengendalian banjir, diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi risiko banjir di wilayah-wilayah sekitar Jakarta, termasuk Jatiasih.

 

Redaksi :

Menilai siapa yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah banjir Jakarta memerlukan analisis mendalam dan data terkini. Setiap gubernur menghadapi tantangan unik dan memiliki pendekatan berbeda. Jokowi memulai langkah signifikan dengan revitalisasi waduk dan relokasi warga. Ahok melanjutkan dengan normalisasi sungai dan optimalisasi infrastruktur pengendalian banjir. Anies memperkenalkan konsep naturalisasi dan melanjutkan proyek bendungan di hulu. Namun, hingga saat ini, banjir masih menjadi masalah bagi Jakarta, menunjukkan bahwa solusi komprehensif dan berkelanjutan masih diperlukan.

 


****BERBAGI INFORMASI-PENDIDIKAN-OLAHRAGA-KESEHATAN-LOWONGAN KERJA****
Informasi lowongan kerja terbaru

Informasi lowongan kerja terbaru

lowongan kerja- terbaru 2025

Lowongan Kerja Terbaru - Jateng-Soloraya-Jatim-Surabaya-Malang-Kediriraya

Info Kursus- Kampung Inggris Pare kediri

×
Berita Terbaru Update